Minggu, 11 September 2011



Berita kepada Kawan

Perjalanan ini terasa sangat menyedihkan
Saying engkau tak duduk di sampingku kawan
Banyak cerita yang mestinya kau saksikan
Di tanah kering bebatuan. Oh…oh…oh…

Tubuhku terguncang di hempas batu jalanan
            Hati bergetar menampak kering rerumputan
            Perjalanan ini pun seperti jadi saksi
Gembala kecil menangis sedih
Wow…wow…wow…
Kawan coba dengar apa jawabnya
Ketika kutanya mengapa bapak ibunya telah mati
Di telan bencana tanah ini

             Sesampainya di laut kukabarkan semuanya
            Kepada karang kepada ombak kepada matahari
            Tetapi semua diam , tetapi semua bisu
Tinggal aku sendiri terpaku menatap langit


Barangkali di sana ada jawabnya
Mengapa di tanahku terjadi bencana 
Mungkin tuhan mulai bosan
Melihat tingkah kita yang selalu salah dan bangga dengan dosa dosa
Atau alam mulai enggan bersahabat dengan kita
Coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang
Oh…oh…oh…
                                                                              


Syair perahu

Inilah gerangan suatu madah
Mengantarkan syair terlalu indah
Membetuli jalan tempat berpindah
Di sanalah I’tikad diperbetuli sudah

Wahai muda, kenali dirimu
Ialah perahu tasmil tubuhmu
Tiadalah berapa lama hidupmu
Ke akhirat jua kekal diammu

Hai muda arif –budiman
Hasilkan kemudi dengan pedoman
Alat perahumu juga kerjakan
Itulah jalan membetuli lisan




                                                                        Syair perahu, karya Hamzah Fansuri